Lulus UN: Benarkah sebagai tolak ukur siswa berprestasi?


Selamat berjuang anak-anak dan adik-adikku dalam menempuh Ujian Nasional (UN). Senin, 20 April 2009 merupakan hari pertama para siswa SMA/MA menempuh UN 2009 yang akan berakhir tanggal 24 April 2009. Disusul dengan UN siswa SMP/MTs, SD.MI dan SMK/SMALB.

Lebih jelasnya, jadwal Ujian Nasional berdasarkan kesepakatan bersama (BSNP, Depdiknas, dan Depag) diputuskan sebagai berikut:
- SMA/MA (20 — 24 April 2009)
- SMP/Mts (27 - 30 April 2009)
- SD/MI (12 — 14 Mei 2009)
- SMK/SMALB (20 — 22 April 2009)

Pelaksanaan UN dari dulu sampai sekrang masih saja menyisakan rasa kekhawatiran di benak peserta didik maupun orang tua murid. Pasalnya nilai yang dipatok dari tahun ke tahun semakin meningkat. Untuk tahun sekarang siswa diharuskan mencapai nilai rata-rata 5.5 untuk dinyatakan lulus Ujian Nasional. Dibolehkan memperoleh nilai 4.00 hanya untuk dua mata pelajaran, tetapi sisa pelajaran yang lain harus memperoleh nilai 4.25.

Sungguh ketentuan penilaian yang di satu sisi banyak merugikan siswa, orang tua dan para guru yang sudah bekerja keras mendidik dan membimbingnya. Niat baik pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan para siswa di Indonesia nampaknya belum bisa dibanggakan. Persoalan yang timbul kemudian adalah banyaknya siswa dan guru yang berusaha untuk memperoleh nilai standar yan telah ditentukan. Apapun caranya supaya lulus Ujian Nasional, para guru berusaha mati-matian dalam membantu para siswanya dari luar ruan ujian. Motifnya pun sudah tidak asing lagi. Penggunaan Handphone untuk berkirim jawaban adalah cara klasik untuk memberi jawaban kepada siswanya. Yang lebih "kurang mendidik" lagi adalah kerjasama yang dilakukan antar sekolah lewat para guru yang diutus ke sekolah tetangganya.

Para pengawas sudah dipesan terlebih dahulu agar tidak terlalu ketat dalam mengawasi para siswa. Bahkan diminta agar tidak melarang ketika ada guru yang terang-terangan memberikan jawaban di papan tulis. Hal yang sangat tidak mendidik yang dilakukan oleh para "pendidik" di negeri ini. Itulah kejahatan yang perlu dibumi hanguskan ketika kita berkeinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri kita. Bagaimana akan berkualitas jika seperti itu caranya.

Tapi mau bagaimana lagi teman? Ketidaklulusan peserta didik adalah satu hal yang dapat mencoreng reputasi sekolah. Kualitas sekolah yang persentase kelulusan siswanya sedikit akan diragukan oleh orang tua yang akan menitipkan anak-anaknya di Tahun Ajaran berikutnya. Di samping itu beban moral bagi para guru di sekolah tersebut menjadi hal yang sangat membebani, mengurangi semangat dan reputasinya selama bertahun-tahun. Maka tidak heran jika kita banyak menyaksikan mereka berusaha sekeras mungkin untuk membantu para siswa dan nama sekolahnya agar lulus Ujian Nasional.

Terjadinya banyak pelanggaran dan ketidak-adilan adalah hal yang sampai saat ini tetap kurang bahkan tidak digubris oleh pemerintah. Pasalnya, pemerintah pusat menekankan kepada kepala daerah agar para siswa di sekolah yang ada di daerah tersebut persentase kelulusannya tinggi. Jadi, apabila suatu daerah persentase kelulusannya rendah yang akan kena "bogemnya" adalah Kepala Diknas daerah tersebut. Ancaman penurunan bahkan pencopotan jabatan adalah hal yang tidak diinginkan oleh siapa saja. Oleh karena itu menjadi sebuah dilema bagi para kepala Diknas, para Kepala Sekolah dan para guru.

Huuhh cape yah membicarakan UN? Niat baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan tetapi banyak menimbulkan hal negatif dengan melakukan berbagai kecurangan. Bagaimana teman-teman kredibilitas UN ini? Apakah masih bisa dianggap sebagai tolak ukur siswa berprestasi? Sharing yuuk ...

2 komentar untuk "Lulus UN: Benarkah sebagai tolak ukur siswa berprestasi?"

  1. Semoga saja pada UAN tahun ini jumlah kelulusan meningkat walau standard kelulusan lebih tinggi dari tahun lalu dan semoga saja siswa-siswi yang lulus bukan hanya pintar dan berprestasi tapi juga dibekali skill yang baik. karena modal kepintaran saja tidak menjanjikan dapat menembus peluang kerja yang semakin sulit ditengah banyaknya persaingan. Harapan kita semua semoga kedepannya pendidikan kita bisa lebih matang lagi dalam hal menciptakan suatu generasi muda yang tidak hanya berprestasi tapi juga mempunyai skill keterampilan yang memadai.

    BalasHapus
  2. Wahh keren nh artikelnya..
    hahaha..
    saya baca2 di koran katanya kemungkinan kelulusan UAN hanya 10%
    sedangkan Wagub Jabar mentargetkan 95% lulus..
    haha..

    makin aneh dunia pendidikan Indonesia..

    BalasHapus

Leave your comment

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia