Khutbah Jum`at: Kehidupan Akhirat Lebih Baik dari Kehidupan Dunia


Nabhan Arts
- Sobat Nabhan Arts yang berbahagia, beikut khutbah singkat tentang Kehidupan Akhirat Lebih Baik dari Kehidupan Dunia 

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Surah Al-An’Am ayat 32)


Khutbah I

 

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وقال تعالى وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ. أما بعد:

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Dikisahkan ada seorang anak berumur 10 tahun. Namanya Umar. Dia adalah anak pengusaha sukses yang kaya raya. Umar disekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta oleh ayahnya. Tentunya bisa ditebak, bayaran sekolah tersebut sangat mahal. Namun, bagi pengusaha tersebut uang bukanlah masalah. Alasan sang ayah simpel. Si ayah berfikir untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya di semua jenjang kehidupan. Harapannya adalah agar Umar mengikuti jejaknya dan menjadi sukses.

 

Suatu hari isteri sang pengusaha memberi tahu kalau Sabtu depan si ayah diundang untuk menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah Umar. Namun si ayah tidak bisa hadir. “Waduuuh saya sibuk ma, kamu aja deh yangg datang”, begitu ucap si ayah kepada isterinya.

Menurut si ayah, acara seperti itu tidaklah penting jika dibandingkan dengan urusan bisnisnya. Sang istri menyanggah alasan suamniya. Bahkan, isterinya marah dan mengancam. Menuru si istri, sudah kesekian kalinya si ayah tidak pernah mau datang ke acara anaknya di sekolah. Sang istri malu karena anaknya selalu didampingi ibunya, sedangkan anak-anak lainnya selalu didampingi ayahnya.

 

Akhirnya, si ayah mau hadir, meski ogah-ogahan. Yaa… karena terkena marah dan ancaman isterinya. Acara bernama Father’s day adalah jenis acara sekolah yang dikemas khusus bagi anak-anak. Di acara tersebut, sang anak saling unjuk kemampuan di depan ayah-ayahnya. Karena ayah si Umar ogah-ogahan, maka dia memilih duduk di bangku paling belakang. Berbeda dengan ayah lain (terutama yang mudamuda) berebut duduk di deretan depan agar bisa menyemangati anak-anaknya yang tampil di panggung.

 

Satu persatu, sang anak menampilkan bakat dan kebolehannya masing-masing. Ada yang menyanyi, menari, membaca puisi, dan pantomim.  Ada pula yangg memamerkan lukisannya. Semua anak mendapat tepuk tangan (applause) yang gegap gempita dari ayah-ayah mereka.

 

Tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya.

“Miss, bolehkah saya panggil pak Arief?”, tanya si Umar kepada gurunya. Perlu anda ketahui bahwa Pak Arief adalah guru mengaji pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah itu.

“Oh boleh”, begitu jawab gurunya. Pak Arief pun dipanggil ke panggung.

“Pak Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)?”, begitu pinta Umar kepada guru ngajinya tersebut.

“Tentu saja boleh nak. ” jawab pak Arief.

“Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yang salah”, tukas Umar.

 

Lalu, si Umar pun mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hafalan). Lantunan irama bacaannya persis seperti bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram).

Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Umar yang mendayu-dayu. Termasuk ayah si Umar yang duduk di belakang.

 

“Stop!! Kamu telah selesai membaca ayat 1-5 Surah An Naba dengan sempurna. Sekarang, coba kamu baca ayat ke-9”, begitu kata pak Arief yang tiba-tiba memotong bacaan Umar.

Lalu, Umar pun membaca ayat 9 Surat An Naba.

 

“Stop!! Coba sekarang baca ayat ke-21, lalu ayat 33”, perintah Pak Arief.

Setelah Umar selesai membaca ayat tersebut, lalu Pak Arief berkata, “Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)”. Kemudian, si Umar pun membaca ayat ke-40 tersebut sampai selesai.

 

“Subhanallah. Kamu telah hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak”, begitu kata pak Arief sambil mentikkan air mata. Para hadirin yang muslim pun tak kuasa menahan airmatanya.

Lalu pak Arief bertanya kepada Umar, “Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak? Sementara, teman-temanmu unjuk kebolehan yang lain”. Begitu tanya pak Arief penasaran.

 

“Begini pak guru. Waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak di kelas, bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Rasulullah Muhammad Saw:

 

Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim).

 

Umar menjelaskan, “Pak guru saya ingin mempersembahkan ‘Jubah Kemuliaan’ kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akherat kelak sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya”.

 

Semua orang terkesiap. Mereka tidak bisa membendung air matanya ketika mendengar ucapan anak berumur 10 tahun tersebut.

 

Ditengah suasana hening tersebut, tiba-tiba terdengar teriakan Allahu Akbar!!! dari seseorang yang lari dari belakang menuju ke panggung. Ternyata dia ayah si Umar. Dengan tergopoh-gopoh, dia langsung menubruk anaknya. Ayah bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya.

 

“Ampuun nak, maafkan ayah yang selama ini tidak pernah memperhatikanmu. Ayah tidak pernah mendidikmu dengan ilmu agama, apalagi mengajarimu mengaji”, ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya.

 

“Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak. Ternyata kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak. Ayah maluuu nak”, ujar sang ayah sambil nangis tersedu-sedu.

Subhanallah.

 

Jama’ah Jum’at rahimakumullah

Dari kisah di atas banyak hikmah dan pelajaran berharga yang dapat kita petik sebagai orang tua. Banyak di antara orang tua yang hadir tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya.  Entah apa yg ada di benak para orang tua yang menangis itu.

·     Mungkin ada yang merasa berdosa karena menelantarkan anaknya.

·     Mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kepada anaknya.

·     Mungkin menyesal karena tidak mengajari anaknya mengaji.

·  Mungkin merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur’an yg hanya tergeletak di rak buku dan pojok dinding rumahnya hingga berdebu.

·     dan semua alasan yang semata sibuk untuk urusan dunia.

 

Hadirin rahimakumullah

Semoga dengan kisah tadi kita tidak lagi lalai dengan urusan akherat. Kita tidak lagi lebih sibuk dengan urusan dunia semata, karena kita semua tahu bahwa kehidupan akherat jauh lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yang remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini. sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 32:

 

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Surah Al-An’Am ayat 32)

 

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, seandainya mereka mengetahui.” (Surah Al-Ankabut ayat 64)

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (Surah Muhammad ayat 36)

 

Ma’asyiral muslimin Jamaah Jum’at rahimakumullah

Setelah kita faham dan menyadari bahwa hidup di dunia ini tiada kekal, maka sepantasnyalah kita menggunakan dan memanfaatkan waktu kita dengan sebaik mungkin. Agar nantinya kita tidak menjadi manusia yang merugi di akhirat.

 

Bagaimana cara kita memanfaatkan waktu yang sebentar ini dengan sebaik-bainya? Allah SWT telah mengajarkan kepada hamba-Nya tentang orang yang tidak akan merugi dalam memanfaatkan waktunya, sebagaimana tercantum dalam surah Al ‘Ashr:

 

وَالْعَصْرِ (۱) إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (۳

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Asr : 1-3)

 

Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang merugi. Setidaknya ada tiga ciri golongan yang tidak akan merugi; yang pertama adalah orang-orang beriman, kedua; orang yang beramal sholeh, dan yang ketiga; mereka yang saling menasehati satu sama lainnya, baik dalam hal kebaikan (amar ma’ruf) maupun kesabaran.

 

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ketiga-tiganya ada keterkaitan atau hubungan yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Bila perhatian kita terpusat pada kehidupan akhirat, maka secara otomatis ketiga ciri tersebut terdapat pada diri kita.

Dan akhirnya, mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang mengejar akhirat dan tidak melalaikan dunia sebagai lading untuk menanam kebaikan yang kelak akan kita petik hasilnya di akhirat. Amiin ya rabbal ‘aalamiin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

  

Khutbah Kedua

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ … أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ

وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ الله ُتَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

رَّبَّنَآإِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.

رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَاوَعَدتَنَا عَلىَ رُسُلِكَ وَلاَتُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيعَادَ.

رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

أقم الصلاة

 Teks Khutbah dapat di download di: Khutbah Jum`at: Kehidupan Akhirat Lebih Baik dari Kehidupan Dunia 

Posting Komentar untuk "Khutbah Jum`at: Kehidupan Akhirat Lebih Baik dari Kehidupan Dunia"

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia