Khutbah Jum'at: Kecintaan Pada Dunia


Sobat Nabhan Arts, kami hadir kembali dengan memposting Teks Khutbah Jum'at dengan judul Kecintaan Pada Dunia. Semoga bermanfaat!

KHUTBAH JUM’AT

KECINTAAN PADA DUNIA

KHUTBAH I

الحمدُ لله الَّذِي كوَّنَ الأشياءَ وأحْكمهَا خَلْقاً، وفتقَ السموات والأرضَ، وكانتا رَتْقاً، وقسَّمَ بحكمتِه العبادَ فأسعدَ وأشْقى، وجعلَ للسعادةِ أسباباً فسَلكهَا منْ كانَ أتْقَى، فَنَظَر بعينِ البصيرةِ إلى العواقبِ فاختارَ ما كَان أبْقَى، أحمدُه وما أقْضِي له بالحمدِ حقّاً، وأشكُره ولم يزَلْ لِلشُّكر مستحِقّاً، وأشْهدُ أنْ لا إِلهَ إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له مالكُ الرقاب كلِّها رِقّاً، وأشهد أنَّ محمداً عبدُه ورسولُه أكمل البشر خُلُقاً وخَلْقاً،   اللهـم صل علي سيدنا محــمد وعلى  اله  وأصحـابه  الطّــيبـين  ا لأ خيار.  (أما بعد) فيا أيها الناس . إتّقوا  الله بإتيان أوامر الله وا لا نتهآء عن المنكر. وسبحوا الله تسبيحا كثـيرا بالعشـى ولإبكـار . وميزوا  الحق عن الباطل بالعلم والعقل وا لأ فكار.

Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah 

Dengan penuh kesadaran, marilah kita sanjungkan rasa syukur kita kehadirat Illahi Rabby yang telah senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan nikmatnya yang tiada terhingga, hingga kita tak berkemampuan untuk menghitungnya, dalam rangka membangun “jiwa, hati nurani dan intuisi/ perasaan kita”.

Di samping itu marilah kita pertebal keimanan dan ketaqwaan kita, rasa takut kita kepada Allah SWT. dengan melaksanakan apa yang menjadi perintah-Nya dan mencegah diri dari perkara-perkara mungkar yang menjadi larangan-Nya.

Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ قَالَ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً كَغُثَاءِ السَّيْلِ يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Akan datang suatu zaman umat lain memperebutkan kamu sekalian seperti memperebutkan makanan dalam hidangan. Sahabat bertanya “Apakah kami jumlahnya sedikit pada saat itu”. Jawab Rasulullah; Bukan bahkan sesungguhnya jumlah kamu banyak tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung di atas air dan di dalam hatimu dijadikan kelemahan jiwa. Sahabat bertanya “apa yang dimaksud kelemahan jiwa? Rasulullah menjawab, yaitu cinta dunia dan membeci kematian”.

Sungguh tepat isyarat yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya di atas bahwa pada akhir zaman nanti umat Islam akan mengalami disintergrasi, penurunan kualitas iman, ibadah-ibadah yang dilaksanakan hanya melepaskan beban kewajiban, tidak disadari sebagai sebuah kebutuhan sehingga yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari tidak lebih dengan orang yang tidak beriman.  Sehingga mereka mudah diombang-ambingkan oleh kegemerlapan dunia yang serba menggiurkan. Ibarat buih yang terapung di atas air akan terhempas kemana-mana.

Dunia ini sebenarnya jika kita telusuri dari segi pengertian bahasanya yang terambil dari kata danâ, yang artinya adalah dekat, arti yang lain adalah sebentar. Dari makna ini bisa dipahami bahwa dunia ini adalah suatu tempat yang dekat lagi sebentar.

Hal ini dapat dirasakan ketika kita memakan makanan, yang merasakan lezat dan pahitnya adalah hanya sampai pada tenggorokan, tetapi saat sampai di perut, tidak bisa dibedakan rasanya mana makanan yang lezat dan makanan yang tidak lezat. Itulah gambaran kehidupan dunia.

Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah.

Salah satu penyebab kehilafan manusia adalah karena kecintaan terhadap dunia. Orang yang sangat mencintai dunia segala pikiran dan pandangannya selalu diukur oleh perhitungan dunia, bahkan kadang-kadang ada di antara umat Islam melaksanakan urusan akhirat bukan sebenarnya tujuan akhirat akan tetapi hanya sebagai pengelabuan kepada orang lain untuk mencapai cita-cita dunia. Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu oleh biro perjalanan haji dan umroh dengan korban yang terdiri dari lebih dari 46 ribu jamaah umroh yang gagal diberangkatkan ke tanah suci..

Bangsa kita yang nota bene umat yang terbanyak adalah umat Islam, yang tentu saja agama kita sangat mengharapkan prilaku umatnya berjalan sesuai dengan aturan agamanya. Tetapi sebuah pertanyaan adalah mengapa persoalan bangsa kita belum terselesaikan atau paling tidak ada titik terang menuju suatu perubahan prilaku.

Bahkan tampaknya masih memprihatinkan prilaku sebagian masyarakat kita, baik masyarakat biasa maupun masyarakat pemegang kekuasaan yang sangat diharapkan bisa menegakkan aturan tetapi justru seakan-akan mengambil satu prinsip “aji mumpung”.

Inilah budaya yang menggerogoti kehidupan bangsa kita, mumpung ada kesempatan, kapan lagi dimanfaatkan kedudukan itu kalau bukan sekarang. Pada hal jabatan itu sebenarnya hanya sebagai sebuah amanat bukan sebuah tujuan dan nantinya di akhirat akan dipertanyakan oleh Allah:

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Memang dunia ini manis rasanya dan enak dipandang, maka manusia tertarik dengannya.  Betapa banyak manusia yang hanya memburu dunia setiap saat tidak mengenal waktu, siang dan malam, panas dan dingin. Bahkan terbawa dalam mimpi. Padahal apa yang diburunya itu belum tentu menjamin dirinya untuk dapat mendapat ketenangan. Karena betapa banyak orang yang punya harta yang melimpah, punya segala macam fasilitas dunia, punya mobil mewah, rumah mewah, apa saja yang dia mau makan semua bisa dibelinya,  tetapi justru hidupnya tidak tenang dan tidak bisa menikmati apa yang ia miliki saat ini.

Mobil mewahnya ada tapi tidak bisa dipakainya karena punya penyakit sehingga tidak bisa naik kendaraan. Makanannya apa saja yang diinginkan ada tetapi itu semua tidak bisa dimakannya kecuali hanya sesendok nasi putih yang tak berlauk.

Sidang Jum’at yang berbahagia!

Agama Islam bukan berarti melarang kita untuk mencarinya, agama kita tetap memberikan peluang seluas-luasanya bagi umat manusia untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya. Tidak melarang untuk kaya. Akan tetapi cara mendapatkannya dan memanfaatkannya harus sesuai dengan ajaran agama Islam. Agama kita mensinyalir bahwa dunia adalah sarana untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih baik. Dunia ini dengan segala fasilitasnya kita yang seharusnya mengendalikan, bukan dia yang mengatur kita.

Jika umat Islam sudah menomorsatukan dunia di atas segala-galanya, enggan menyuarakan kebenaran dan melarang kemungkaran maka Allah akan mencabut kebesaran Islam dari permukaan bumi ini dan mencabut keberkahan wahyu.

Hadirin sidang jumat yang berbahagia

Ketika umat Islam sangat mencintai dunia dengan sendirinya pasti muncul sifat kedua yaitu takut akan mati. Padahal semua yang namanya makhluk pasti akan mati sekalipun bersembunyi di balik batu besar dan benteng yang tertutup rapat-rapat.

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Takut mati termasuk salah satu di antara penyakit umat manusia dalam perjuangannya. Sebab dalam perjuangannya selalu diliputi oleh rasa kekhawatiran akan terkena resiko. Akibatnya mau berjuang asal tidak ada resiko yang menimpa, asal dirinya selamat, dan untuk menyelamatkan diri maka dalam memperjuangkan Islam kadang memutar balikkan fakta. Yang hak dinyatakan batil, yang batil dinyatakan hak.

Orang kecil bersalah ditetapkan hukuman yang berat, sementara yang besar yang bersalah dinyatakan benar atau bebas dari jeratan hukum. Hukum ibarat pisau hanya sebelah yang bisa mengiris benda. Padahal di dalam ajaran agama kita bahwa semua orang sama di depan hukum.

Padahal kita harus sadari dan membuka mata lebar-lebar serta mengambil ibrah beberapa peristiwa yang terjadi, baik peristiwa alam (Meletusnya Gunung Agung di Bali dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara yang meletus lagi pukul 02.45 dini hari tadi, banjir, longsor di berbagai daerah  dan lain sebagainya) maupun kejadian non-alam (Kebakaran dsb) itu semua adalah peringatan bagi kita semua dari Allah. Banyak lagi contoh lain yang terhampar di depan mata kita.

Oleh karenanya, marilah kita semua mengintrospeksi diri, khususnya bagi para pemimpin bangsa ini, mulai dari tingkat yang paling atas sampai kepada tingkat paling bawah serta semua masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menata kembali bangsa kita ini dengan baik. Para pemimpin jalankanlah tugas kepemimpinannya yang berpihak kepada rakyat bukan berpihak kepada kekuasaan, demikian pula rakyat mendengar dan mentaati aturan-aturan yang ada. Kalau semua berjalan dengan baik maka janji Allah akan kita dapatinya, yaitu berupa keberkahan dari bumi dan langit.  Sebagimana firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Demikian khutbah pada siang hari ini semoga kita bisa mengambil hikmahnya

بارك الله  لى ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى وايكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم.

 

Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.  رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

أقيموا الصلاة

Bagi sobat Nabhan Arts yang membutuhkan teksnya, bisa di download di: Khutbah Jum'at: Kecintaan Pada Dunia

Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at: Kecintaan Pada Dunia"

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia